Kamis, 09 Desember 2010

Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah secara lahir batin, sesuai dengan firman Allah dalam Alqur’an surat Adz Dzaariyaat ayat 56, yang berbunyi :
      
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyaat : 56).
Tujuan pendidikan Islam merupakan harapan yang luhur yang harus dicapai oleh setiap menusia sehingga mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat lahir batin. Namun harapan ini sering lebih menjadi simbol teoritis dari konsepsi Islam, di mana pendidikan Islam dalam aspek pendidikannya sering gagal untuk menghantarkan peserta didik menjadi sosok yang diharapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Muhammad Tholhah Hasan menegaskan bahwa “peradaban yang hanya bersandar pengembangan secara optimal dan tanpa mengembangkan qolbu berakibat pada pengembangan rasionalistis tanpa kendali rasionalistis“.
Muzayyin Arifin mengatakan “usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal sesuai dengan kemampuannya“.
Dari beberapa kutipan di atas telahlah jelas bahwasanya pendidikan sangatlah penting akan tetapi tak terlepas dengan adanya peradaban kehidupan umat manusia lebih maju. Oleh karena itu, pendidikan haruslah tepat dan maju seiring dengan kemajuan umat manusia dan fenomena yang terjadi saat ini.
Peradaban, kemajuan dan fenomena disini dimaksudkan adalah kekacauan paradigma para pencari ilmu dan merajalalanya perilaku yang keluar dari ajaran agama Islam. Oleh karena itu, dalam rangka menghidupkan kembali ajaran agama, al- Ghozali menekankan “reformasi pendidikan dan proses belajar, yang dituangkan dalam Ihya’ U’lumuddin juz awwal, bab 5; adab pelajar dan pengajar“.
Dengan demikian al- Ghozali menjelaskan “tujuan pendidikan adalah tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia akhirat. Kehidupan di dunia temporer sebagai sarana menuju kehidupan yang lebih lama dan abadi. Dalam pencapaiannya haruslah bernilai ibadah. Ditekankan pula oleh al-Ghozali bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah ”pendidikan akhlak, yaitu menghilangkan akhlak buruk dan menanamkan akhlak baik”.
Dari penekanan al-Ghozali di atas jelaslah bahwa pengetahuan yang diperoleh peserta didik harus bermuara pada akhlak yang dapat menjamin kebahagiaan dunia akhirat. Oleh karena itu, al-Ghozali memandang pentingnya pendidikan yang terencana dalam bentuk kurikulum. Al-Ghozali menunjukkan sebuah konsep, yang melatar belakangi oleh sosio kultur masyarakat pada masanya, dilema realitas yang dialami al-Ghozali ada resistensi dan degradasi. Dengan demikian al-Ghozali menekankan aspek moral yang ada pada ajaran agama.
Konteks sejarah yang tertuang pada teori di atas bukan hanya wacana masa lalu, namun menjadi kenyataan saat ini dalam sebuah dilema pendidikan khususnya pendidikan Islam.